
Koneksi materi modul 3.1 Pengambilan keputusan Berbasis Pada Nilai-Nilai Kebajikan
Assalaamualikum wr wb
Salam sehat dan bahagia..
Perkenalkan saya Sholihul Muslim, S.Pd.I Calon Guru Penggerak Angkatan 11 dari SMP Negeri 2 Selopampang Temanggung.
Pada tulisan kali ini saya akan sedikit berbagi dengan pembaca sekalian tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan seorang pemimpin. Karena dalam relaita kehidupan ini kita sering dihadapkan pada 2 pilihan atau lebih yang harus kita putuskan diantara keduanya. Adakala berupa dilema etika, namun tak jarang pula berupa bujukan moral.
Bujukan moral adalah dua hal yang saling berhadapan dimana yang satunya mengandung unsur kebajikan sedang yang lainnya mengandung kesalahan. Sedang dilemma etika adalah dimana saling berhadapan antara dua hal yang masing-masing saling mengandung unsur kebajikan.
Seorang pemimpin sebelum mengambil keputusan tentu perlu memahami terlebih dahulu perkara yang dihadapi tersebut termasuk bujukan moral atau dilemma etika. Agar keputusan yang diambil benar dan tepat, maka seorang pemimpin perlu memahami dan menggunakan paradigma, prinsip pengampilan keputusan yang benar. Dan sebelum keputusan diambil perlu melakukan pengujian dengan Sembilan tahap pengujian pengambilan keputusan. Yang terdiri dari :
- Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi yang dihadapi.
- Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut.
- Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut.
- Lakukan pengujian benar atau salah
- Lakukan pengujian paradigma benar lawan benar
- Melakukan prinsip resolusi
- Investigasi opsi Trilema, solusi lain yang tak terduga.
- Buat keputusan
- Melihatlagi keputusa itu, lalu refkleksikan
Para pembaca yang budiman
Sebelum kita pelajari lebih jauh, saya kutipkan sebuah kalimat bijak Sebagai renungan sekaligus penghantar pemahaman yang lebih dalam
“ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)
Dari kalimat tersebut dapat kita ambil pelajaran diantaranya bahwa Pendidikan tidaklah serta merta hanya untuk kepentingan mentransfer ilmu saja. Memang memahamkan anak tentang materi itu penting, menjadikan anak pandai dan memiliki ketrampilan itu harus kita ihtiyarkan semaksimal mungkin, namun tidak kalah pentingnya adalah menanamkan nilai-nilai sikap, karakter anak, sehingga ia menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat. Disinilah kita fahami bahwa Pendidikan adalah usaha sadar untuk menuntun anak seutuhnya ssuai dengan kodratnya masing-masing, agar mereka selamat dan bahagian baik Sebagai individu maupun masyarakat, du dunia maupun akhirat.
Kalimat bijak berikutnya
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Kalimat tersebut mengandung arti dan makna yang sangat luas dan dalam. Diantaranya bisa kita fahami bahwa dalam proses Pendidikan tugas kita tidaklah mudah. Akan banyak tantangan dan hambatan yang kita hadapi. Karena salah satu dari tugas kita Sebagai Pendidikan adalah menuntun semua siswa sesuai dengan kodrat masing-masing, yang tentunya sangat beragam dan hitoregen. Disinalah seorang pendidik dituntut memiliki kemampuan dan ketrampilan yang cukup. Pendidik harus senantiasa kreatif dan inovatif. Bagaimana bisa menuntun berbagai karakteristik murid dengan baik, sehingga semua dapat terfasilitasi dan bertumbuh kembang secara maksimal.
Setelah kita memahami beberapa hal diatas, berikut adalah pendekatan atas tinjauan dari koneksi antar materi pada modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak tentang pengambilan keputusan.
- Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Semboyan Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang) yang dicetuskan oleh Kihajar Dewantara sangat terkait bahkan harus dijadikan filosofi dasar bagi seorang pemimpin dalam mengambil keputusan.
Seorang pemimpin harus bisa menjadi teladan bagi yang lain. Karena hal tersebut nanti akan berkaitan erat dengan efektifitas dari keputusan yang dihasilkan. Kalau ia sendiri tidak bisa dijadikan teladan dan rujukan, tidak konsisten maka secara otomatif hasil-hasil keptusannya pun akan disepelekan oleh orang lain. Selain itu seorang pemimpin harus bisa memotivasi, mendorong orang lain akan bergerak sesuai garis tujuan yang telah ditentukan, dan tentunya tak kalah pentingnya seorang pemimpin harus mau dan mampu memberikan solusi bagi yang menghadapi masalah dan kesulitan, menuntun sekaligus mendorong semuanya agar bisa berjalan pada rel dan garis finis dengan baik.
- 2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Apa yang dihasilkan dan tampak dari seseorang tidak lepas dari nilai-nilai yang ia yakini. Kalau nilai-nilai yang ia yakini adalah nilai-nilai kebajikan maka keputusan yang munculpun akan mencerminkan kebajikan, sebaliknya kalau nilai-nilai keburukan yang dominan maka keputusan-keputusan yang keluarpun akan cenderung jauh pada kebenaran. Karena sifat dan karakter sesorang (ahlak) itu tidak bisa dibuat-buat dan direkayasa. Maka dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills), akan mendukung dalam mewujudkan sikap Tut wuri handayani, begitu pula sebaliknya.
- Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching(bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coachingyang telah dibahas pada sebelumnya.
Peran fasilitator dalam pembelajaran coaching ini sangat besar sekali. Sangat membantu kami dalam memahami konsep, paradigma, alur bahkan sampai ke hal-hal tehnis. Tanpa pendampingan fasilitator tentu kita akan sangat kesulitan dalam memahami konsep pengambilan keputusan ini.
Menurut saya materi ini sangat penting, tidak hanya bagi kepala sekolah saja, tapi bagi semuanya. Karena pada dasarnya dari kita semua adalah seorang pemimpin pembelajaran. Dengan pemahaman yang baik tentang materi ini maka dalam pengambilan keputusan akan menjadi lebih baik dan berkualitas. Karena pengambilan keputusan berkaitan erat dengan masa depan suatu organisasi, apalagi menyangkut pada keputusan yang sifatnya strategis. Salah satu faktor yang sangat membantu dalam pengambilan keputusan adalah keterampilan coaching. Sebagai pendidik, guru harus memiliki keterampilan coaching.
Beberapa contoh praktik coaching dapat memberi gambaran yang utuh untuk dapat diterapkan di sekolah. Keputusan yang diambil dengan teknik coaching yang berlandaskan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah. Teknik coaching dilakukan denga prinsip kesetaraan, sehingga tidak terkesan menggurui tapi justru akan menimbulkan rasa nyaman sehingga coach, sehingga mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Begitu pula dengan coachee yang dengan rasa nyaman dapat menyampaikan hambatan — hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai. Hal ini karena coach mampu menjadi pendengar yang baik sehingga mampu membantu menguraikan permasalahan melalui pertanyaan-pertanyaan berbobot. Dengan coaching, guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru memiliki harapan terhadap siswanya sehingga dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di sekolah dengan baik.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional tentu akan sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu Dalam setiap pengambilan keputusan hendaknya kita selalu berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan yang berdasar pada 3 prinsip pengambilan keputusan. Yaitu, hasil ahir, regulasi dan rasa peduli. Mengunakan 9 pengujian pengambilan keputusan. Melalui kedua dasar tersebut kita dapat menganalisis sehingga dapat membedakan antara dilema etika atau bujukan moral.
Kepekaan sosial emosional seseorang akan menumbuhkan empati dan simpati, sehingga dapat menempatkan diri untuk bisa mengenal orang lain . Dengan simpati dan empati kita dapat merasakan apa yang peserta didik alami, sehingga kita dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana, disaat harus melakukan pengambilan keputusan. Guru yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran akan bertindak atas dasar keberpihakan pada murid.
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika akan semakin menguatkan pemahaman kita dan memperluas literasi yang kita miliki. Selain juga akan menimbulkan rasa empati dan simpati seorang pendidik. Pendidik yang telah terlatih akan mempunyai rasa empati dan simpati yang baik sehingga diharapkan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih bijak.
Kebijakan yang muncul pada saat pengambilan keputusan tetap mengacu keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid, sehingga solusi tepat akan didapat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang dan pendidik yang dengan tepat, sehingga mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Ketika seorang pendidik dihadapkan pada kasus-kasus yang berfokus pada masalah moral dan etika, maka keputusan yang diambil akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung bermuara pada kebenaran menurut versi pribadi. Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.
- Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat adalah keputusan yang berpihak pada murid dan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan. Keputusan yang diambil dengan paradigma dan prinsip yang benar. Sehingga keputusan tersebut bisa adil dan bijaksana.
Tentu setiap keputusan yang kita ambil akan berpengaruh terhadap terhadap yang lain. Baik bagi orang maupun bagi Lembaga. Kalau keputusan yang kita ambil baik dan benar maka akan menjadikan lingkungan yang positif, aman, nyaman dan kondusif. Sebailknya bila keputusan yang kita ambil salah maka akan membawa dampak yang buruk bagi sekolah dan lingkungan kita.
- Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan-tangan memang ada. Diantaranya masih besarnya rasa tidak enak, ewuh pekewuh kalau dalam Bahasa jawa yang masih sangat dominan. Disamping masih adanya mis konsepsi, perbedaan pemahaman antara satu dengan yang lainya.
Perubahan paradigma adalah yang sangat pokok. Dengan perubahan paradigma maka akan berpengarus dengan keputusan-keptusan yang diambil. Pengambilan keputusan yang dilakukan berlandaskan atas tiga prinsip penyelesaian dilema, yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Pemilihan prinsip tersebut tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun setiap keputusan pasti ada resiko,
- Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan yang kita ambil tentu akan sangat berpengaruh terhadap pengajaran kita. Kalau keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang senantiasa berpihak pada murid, dengan paradigma, prinsip dan Sembilan langkah pengujian tersebut maka pembelajaran yang tercipta adalah pembelajaran yang senantiasa memerdekan murid. Karena setiap langkah pembelajaran adalah usaha untuk menuntun murid merdeka. Murid yang mandiri dan selamat bahagia baik Sebagai individu maupun masyarakat. Sebaliknya bila keputusan yang kita ambil sembrono dan tidak berpihak pada murid, maka kemerdekaan belajar akan semakin jauh dari murid kita.
Pembelajaran yang kita ambil adalah pembelajaran yang berprinsip pada kemerdekaan belajar. Dimana setiap individu diberi kesempatan untuk tumbuh kembang sesuai kodrat mereka masing-masing. tugas kita Sebagai guru adalah menuntun, mendampingi mereka sesuai kodrat dan kemauan bakat minat mereka, bukan sesuai kemauan dan selera kita. Maka salah satu pembelajaran yang kita pilih adalah pembelajaran berdeferensiasi. Pembelajaran yang memungkinkan setiap murid terfasilitasi dengan baik sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.
- Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan berdampak bagi murid-mrudnya, langsung atau tidak, baik jangka panjang maupun pendek. Kalau keputusan yang kita ambil benar maka murid tersebut akan belajar dengan cara yang benar. Akan tumbuh dan berkembang secara maksimal. Sehingga kehidupannyapun akan sukses seperti yang mereka inginkan, ahagia dan selamat. Sebaliknya bila keputusan yang kita ambil salah maka murid-murid kita pun akan belajar dengan cara yang salah, lingkungan yang tidak nyaman. Sehingga potensi yang mereka miliki tidak akan tergali secara maksimal.
- Apakah kesimpulan akhir yangdapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu kompetensi, ketrampilan yang harus dimiiki pendidik, terlebih Sebagai pemimpin pembelajaran. Keputusan yang diambil harus senantiasa berpihak pada murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan. Terkait dengan tugas dan fungsinya seorang guru dalam membuat keputusan harus berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara, karena setiap keputusan yang diambil akan mewarnai pola pikir dan karakter murid. Agar keputusan yang diambil dapat memberikan kemanfaatan untuk banyak orang, mampu mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being) dan dapat dipertanggungjawabkan, maka harus dilakukan berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur yang tertata seperti BAGJA. Hal ini dilakukan semata untuk menghantarkan murid menuju profil pelajar pancasila, yang dalam perjalanannya banyak benturan yang sifatnya dilema etika dan bujukan moral. Untuk itu diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga langkah yang diambil selalu berpihak kepada murid.
Sekolah sebagai institusi yang berfungsi memberikan pelayanan, membimbing, mendidik dan mengajar para peserta didik agar memiliki sifat/tingkah laku yang lebih baik. Sekolah juga bertugas melakukan proses transfer ilmu dan pembentukan karakter peserta didik. Banyak hal yang harus dilakukan, tentu saja banyak juga pengambilan keputusan yang mewarnai kebijakan-kebijakan sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan dengan bijak, dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpim pembelajaran dengan menggunakan alur BAGJA, selalu berorientasi untuk mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman (well being). Guru mempunyai kewajiban untuk mengantarkan murid menjadi insan yang cerdas dan berkarakter, menuju profil pelajar Pancasila. Harapan ini pasti dibutuhkan komitmen dari semua pihak. Dalam mengawal impian ini tentu banyak juga ditemui permasalahan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Untuk itu diperlukan panduan sembilan langkah dalam pengambilan keputusan dan pengujian agar keputusan yang diambil berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Sebagai salah satu bentuk merdeka belajar adalah diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi. Dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid akan terpenuhi sesuai dengan bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya.
- Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan ternyata ada langkah-langkah pengujiannya. Yaitu 9 langkah pengujian keputusan. Selama ini setahu saya bahwa keptusan hanya dipertimbangkan, dimusyawarahkan bila diperlukan, kemudian diambil keputusannya. Tanpa mengujinya terlebih dahulu dengan 9 langkah pengujian tersebut.
- Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum saya mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dalam situasi moral delima atau dilema etika. Bedanya keputusan yang saya ambil waktu itu bahwa saya hanya mendasarkan keputusan pada hati nurani dan aturan yang ada saja. Setelah mempelajari modul ini saya menggunakan 4 paradigma dilemma etika, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian keptusan
- Bagaimana dampak mempelajari konsep inibuat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah mempelajari Konsep dalam modul ini pola pikir saya menjadi berubah. Kalau dulu mengambil keptusan hanya berdasar aturan yang ada dan nurani yang timbul dengan tidak melaui langkah-langkah yang benar, tidak menggunakan prinsip pengambilan yang benar. Namun setelah mempelajari modul ini paradigma berfikir saya berubah, bahwa yang tepenting dan utama keptusan itu harus berpihak pada murid bukan sebaliknya malah berpihak pada guru. Mengambil keputusan dengan paradigma, prinsip dilemma etika yang benar serta melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
- Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Materi pada modul 3.1 bagi saya sangat penting dan bermakna, karena dimanapun dan sebagai apa peran kita pasti akan menjumpai permasalahan yang dituntut untuk mengambil keputusan. Dari keputusan tersebut akan dihasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu, maka seorang guru harus memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan. Sebagai landasan dalam pengambilan keputusan tersebut tentunya mengacu pada 9 langkah 4 paradigma dan 3 prinsip. Selain itu keputusan diambil melalui tiga uji yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).
Keputusan yang kita ambil akan berdampak bagi ratusan bahkan mungkin ribuan murid kita. Dengan keputusan yang benar banyak orang akan terselamatkan dan terbahagiakan, namun dengan keputusan yang salah maka banyak murid kita yang justru kita jerumuskan ke pada kesengsaraan.
Demikian sedikit materi yang saya bagikan dari hasil saya mempelajari modul 3.1 saya sangat menyadari bahwa pemahaman saya tentang materi ini masih sangat dangkal dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu masukan dan saran sangat saya harapkan. Agar pemahaman saya semakin luas dan benar.
Terima kasih
Salam Bahagia
Tergerak
Bergerak
Menggerakkan
Share to :